أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ أَن تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ لِذِكْرِ ٱللَّهِ وَمَا نَزَلَ مِنَ ٱلْحَقِّ وَلَا يَكُونُوا۟ كَٱلَّذِينَ أُوتُوا۟ ٱلْكِتَٰبَ مِن قَبْلُ فَطَالَ عَلَيْهِمُ ٱلْأَمَدُ فَقَسَتْ قُلُوبُهُمْ ۖ وَكَثِيرٌ مِّنْهُمْ فَٰسِقُونَ

Artinya: Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan diantara mereka adalah orang-orang yang fasik. (Surat Al Hadid ayat 16)

Di dalam ayat ini terdapat motivasi agar orang yang beriman untuk mengkhusyukan hati kepada Allah Ta’alaa secara sungguh-sungguh dalam berzikir, dalam membaca Al-Quran, dalam berintraksi dengan as-Sunnah serta mengingat bimbingan-bimbingan Allah juga hukum-hukum syariat di setiap waktu.

Tak sedikit diantara umat Islam yang hanya melakukan zikir sebagai bacaan di mulut saja, mereka tak mengerti dan memaknai apa yang keluar dari lisannya, sehingga kalimat pujian atau doa yang diucapkan tanpa menghasilkan ketenangan dalam hati atau ketetapan untuk terus berada dalam kebaikan. Padahal orang beriman akan senantiasa berusaha untuk menghadirkan ketenangan hati, salah satunya dengan banyak berzikir.

Allah mengingatkan kita tentang ketenangan hati dalam salah satu ayat-Nya:

ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ ٱللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ ٱللَّهِ تَطْمَئِنُّ ٱلْقُلُوبُ

Artinya: (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram. (Surat Ar Ra’du ayat 28)

Tentu saja zikir yang disertai dengan pemahaman akan menghadirkan ketenangan tersebut. Saat menyebut “Subhanallah’, hati ini meyakini Allah yang Mahasuci, bebas dari sifat negatif, saat lisan berucap Alhamdulillah, maka hati akan membenarkan bahwa Allah saja yang Mahaterpuji, bebas dari kekurangan. Ketika kita mengucapkan Allahu Akbar, maka hati akan malu kepada Allah Ta’alaa karena kita adalah makhluk yang lemah dan kecil kemampuan dan sangat tergantung kepada-Nya, namun masih memiliki kesombongan diri.

Selanjutnya, Allah juga mengingatkan agar kita jangan seperti umat terdahulu yang hatinya sakit bahkan keras berkarat dan mati, hati yang tak bisa khusyuk dalam berzikir kepada Allah dan saat berinteraksi dengan Al-Qura’an baik bacaan, hafalan maupun pengamalan Al-Qur’an.

“Dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan al-Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka,” maksudnya, jangan menjadi seperti orang-orang yang diberi Kitab sebelumnya yang diperintahkan agar mereka untuk khusyuk dan taat secara total, namun mereka tidak bisa menunaikannya dengan lama bahkan masa pun berlalu, kelalaian mereka berlanjut hingga keimanan dan keyakinan mereka lenyap, “lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan diantara mereka adalah orang-orang yang fasik.”

Hati kita, pada hakikatnya setiap saat memerlukan peringatan Al-Quran yang diturunkan Allah dan berbicara dengan hikmah, tidak sepatutnya lalai dari hal itu, karena lalai dari Al-Quran dan berzikir merupakan sebab kerasnya hati dan sulitnya airmata menetes karena salah dan dosa.

Untuk itulah, sangat urgent untuk kita mulai berusaha untuk mengerti dan memahami setiap zikir yang kita ucapkan dan ayat Al-Qur’an yang kita baca, agar hati senantiasa mendapatkan siraman dan cahaya kebaikan yang terus terpancar dan menghiasi akhlak kita masing-masing.

Allahu ‘alam