Setiap orang pastinya memiliki kebutuhan baik yang mendesak ataupun tidak. Selama dia hidup, kebutuhan menjadi fitrahnya manusia baik kebutuhan fisik maupun psikis. Sebagai hamba allah ingin sekali kebutuhan kita dicukupkan oleh Allah Ta’alaa.
Rasulullah Shallahu alaihi wasallam mengingatkan diantara ayat-ayat Al-Qur’an yang memiliki keutamaan agar Allah memberikan kecukupan hidup kita, dengan haditsnya:
مَنْ قَرَأَ بِالآيَتَيْنِ مِنْ آخر سُورَةِ البَقَرَةِ في لَيْلَةٍ كَفَتَاهُ .
“Barang siapa membaca dua ayat terakhir surah Al-Baqarah pada malam hari, maka itu sudah mencukupi dirinya.” (HR. Bukhari dan Muslim 8007)
Dari hadits di atas, Nabi Muhammad Shallahu ‘alaihi wasallam memberikan jaminan dicukupkan kebutuhan orang yang membaca kedua ayat tersebut. Yang menjadi pertanyaan, ada apa dengan dua ayat ini sehingga memiliki keutamaan yang sangat besar?
Jika kita mencoba menjabarkan, ada beberapa hal yang akan menghadirkan kecukupan hidup bagai orang yang membaca, memahami dan mengamalkan kedua ayat tersebut, seperti:
- Meyakini kebenaran Al Qur’an
ءَامَنَ ٱلرَّسُولُ بِمَآ أُنزِلَ إِلَيْهِ مِن رَّبِّهِۦ وَٱلْمُؤْمِنُونَ ۚ كُلٌّ ءَامَنَ بِٱللَّهِ وَمَلَٰٓئِكَتِهِۦ وَكُتُبِهِۦ وَرُسُلِهِۦ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِّن رُّسُلِهِۦ ۚ
Rasul telah beriman kepada Al-Qur’an yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan Rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): “Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari Rasul-rasul-Nya”.
Dari ayat di atas, kita memahami bahwa Al-Qur’an sebagai pedoman hidup kita adalah berisi aturan Allah Ta’alaa untuk makhluknya. Allah yang Maha Tahu kebutuhan manusia, sehingga Al-Qur’an akan sangat sesuai dengan kebutuhan manusia sepanjang hayat. Rasa cukup bukan hanya dengan dikabulkannya setiap permintaan kita, namun memiliki sikap Qona’ah yaitu ridho dengan apa yang ditakdirkan oleh Allah untuknya juga bagian dari dicukupkan kebutuhan kita.
Al-Qur’an mengajarkan kita memahami makna hidup dan kehidupan yang hakiki. Memahami kekekalan akhirat dan kenikmatan dunia yang sementara. Orang yang memahami Al-Qur’an dengan benar akan menjadikan dirinya lebih condong kepada akhirat daripada dunia. Orang yang memahami tentang pentingnya peran Al-Qur’an dalam kehidupan akan memiliki pandangan yang jelas tentang kehidupan dan memahami sifat manusia yang tak akan pernah puas dengan dunia.
Dengan keimanan kepada Al-Qur’an menjadikan seseorang akan mengutamakan akhirat dari pada dunia, sehingga rasa cukup akan hadir dalam bentuk syukur kepada Allah walau hanya sedikit kenikmatan yang diberikan kepadanya.
2. Mentaati Perintah Allah
وَقَالُوا۟ سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا ۖ غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيْكَ ٱلْمَصِيرُ
Dan mereka mengatakan: “Kami dengar dan kami taat”. (Mereka berdoa): “Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali”.
Taat adalah buah dari keimanan atau keyakinan. Dengan meyakini kebenaran Al-Qur’an dan melaksanakan perintah serta menjauhi larangan yang ada di dalamnya adalah salah satu syarat dikabulkannya keinginan dan doa kita.
“Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku.” (QS. Al-Baqarah ayat 186)
3. Meyakini Allah hanya memberikan beban sesuai kemampuan kita
لَا يُكَلِّفُ ٱللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا
Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.
Keyakinan ini akan melahirkan semangat optimis mensikapi berbagai ujian hidup. Tak ada seorangpun di dunia ini yang terbebas dari ujian hidup, hanya saja keyakinan ini yang akan menjadikan kita bersikap lebih sabar dan ridho dalam menjalani ujian. Bersama dengan Allah yang Maha Kuasa, akan menjadikan kita yakin bahwa mudah bagi Allah mencukupi kebutuhan kita, asal Allah sayang dan mencintai kita.
4. Berusahalah karena setiap orang akan menikmati hasil usahanya
لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا ٱكْتَسَبَتْ
Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya
Kadang kesulitan yang kita hadapi bukan karena sedikit nikmat yang kita terima, namun karena rasa iri yang ada dihati kita terhadap capaian orang lain. Padahal setiap orang menikmati hasil usahanya, baik hasil dunia maupun akhirat. Ketika manusia berbuat baik, maka kebaikan akan didapatkan cepat atau lambat, begitupun sebaliknya, jika kita berbuat buruk atau dosa maka kita akan dapatkan juga hasilnya di dunia ataupun akhirat.
5. Banyaklah berdoa
Berdoa bukan hanya meminta apa yang menjadi keinginan kita, namun kita berdoa agar terlindung dari ujian yang kita tak sanggup menjalaninya, yang begitu berat sebagaimana orang terdahulu.
Penghujung surat ini adalah permohonan dan penyerahan diri kita kepada Allah agar Allah tidak memberikan siksa atas kesalahan kita dan agar Allah menolong kita sukses di dunia dan akhirat
رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَآ إِن نَّسِينَآ أَوْ أَخْطَأْنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَآ إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُۥ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِۦ ۖ وَٱعْفُ عَنَّا وَٱغْفِرْ لَنَا وَٱرْحَمْنَآ ۚ أَنتَ مَوْلَىٰنَا فَٱنصُرْنَا عَلَى ٱلْقَوْمِ ٱلْكَٰفِرِينَ
“Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir”.
Allahu a’lam
Leave A Comment