VIETNAM — Tiga siswi kelas 4 Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Nurul Fikri, Depok, Jawa Barat, berhasil menorehkan prestasi membanggakan di kancah internasional. Mereka meraih penghargaan tertinggi dalam ajang International Creativity and Innovation Award (ICIA) 2025 yang digelar di Ho Chi Minh City, Vietnam, pada 27 April 2025.

Tim yang terdiri dari Prishana Kamila Ilham, Medinavia Zaldin, dan Naura Qanita Satria ini menyabet tiga penghargaan sekaligus, yaitu:

  • Grand Award – penghargaan tertinggi ICIA yang hanya diberikan kepada dua tim terbaik secara global,
  • Titanium Award – untuk lima tim terbaik dunia,
  • dan Special Award – untuk 10 proyek terbaik di bidang pangan.

Prestasi ini terasa semakin istimewa karena mereka merupakan peserta termuda di antara lebih dari 5.000 peserta dari 26 negara.

Inovasi Solutif Berbasis Data: “The Precious Foods”

Proyek yang mereka angkat bertema sustainable food solution dan berjudul “The Precious Foods (Implementation of 3R+D Quick Actions as Golden Strategy to Fight Food Waste)”. Ketertarikan mereka terhadap isu ini muncul setelah mendalami data dari UN Environmental Program yang menyebutkan bahwa Indonesia adalah negara penghasil sampah makanan terbesar di Asia Tenggara, dengan lebih dari 21 juta ton sampah makanan per tahun.

Ironisnya, di saat yang sama, lebih dari 23 juta penduduk Indonesia kekurangan asupan nutrisi harian, dan 26% anak di bawah lima tahun mengalami stunting akibat malnutrisi (data Global Hunger Index 2024).

Melalui survei internal yang dilakukan di sekolah, mereka menemukan bahwa 80% siswa mengaku sering menyisakan makanan dan menganggapnya sebagai hal yang biasa. Temuan inilah yang mendorong mereka untuk memformulasikan solusi berbasis aksi nyata.

Solusi Inovatif yang Diajukan:

  1. Gerakan 3R+D (Reduce, Reuse, Recycle, and Donate): aksi kolektif siswa di sekolah dan rumah untuk mengurangi limbah makanan.
  2. Kampanye Edukatif Online dan Offline: untuk meningkatkan kesadaran dan mengajak masyarakat terlibat aktif.
  3. Aplikasi “FoodShare”: platform digital yang menghubungkan pihak yang memiliki kelebihan makanan dengan yang membutuhkan.
  4. Edukasi Dampak Lingkungan: penyadaran bahwa sampah makanan menghasilkan gas metana 80 kali lebih berbahaya dari CO₂ terhadap pemanasan global.

Proyek Dikerjakan Selama 3 Bulan

Dalam kurun waktu 3 bulan, mereka merancang proyek secara sistematis, mulai dari riset, validasi data, perancangan solusi, hingga pembuatan prototipe aplikasi.

“Awalnya kami juga kadang suka menyisakan makanan karena nggak suka lauknya atau sayurnya. Tapi setelah bikin proyek ini, kami jadi sadar kalau makanan itu sangat berharga. Sekarang kami ambil porsi kecil sesuai kemampuan. Kami ingin aplikasi ini terus berkembang agar bisa bantu lebih banyak orang,” ungkap Prishana Kamila Ilham, mewakili tim.

Program Sekolah yang Mendukung Budaya Riset

Kepala SDIT Nurul Fikri, Sri Mulyani, M.Pd., menyampaikan rasa bangga atas capaian ini.

“Kami bersyukur dan bangga atas prestasi luar biasa yang diraih anak-anak. Ini merupakan buah dari budaya riset yang kami tanamkan sejak dini di sekolah melalui program unggulan Nurul Fikri Learner Profile yaitu SMART (Sholeh, Muslih, cerdAs, mandiRi, Terampil), terutama melalui Research Culture dan Computational Thinking and Learning. Kedua program ini dirancang untuk menumbuhkan daya pikir kritis, logis, dan solutif bagi siswa.”

Program Research Culture bertujuan meningkatkan kemampuan siswa dalam berpikir logis, analitis, dan kritis melalui pendekatan ilmiah yang sesuai dengan perkembangan usia mereka. Sementara Computational Thinking and Learning membekali siswa dengan keterampilan teknologi dan informasi yang relevan dengan era industri 4.0.

Dukungan dari Orang Tua

Orang tua siswa juga turut memberikan apresiasi atas iklim belajar yang mendorong kreativitas dan riset di sekolah.

“Sekolah menciptakan iklim riset dan eksplorasi siswa. Ada pembelajaran riset khusus setiap pekan di mana siswa dibimbing melakukan penelitian. Guru-guru juga mendorong diskusi dan eksperimen, serta mendampingi dan memotivasi anak-anak saat mempresentasikan hasil karyanya,” ujar salah satu orang tua siswa.