DEPOK – Pelaksanaan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) secara terbatas di SIT Nurul Fikri di hari pertama memberikan kesan tersendiri sejak pembelajaran dilakukan secara daring dari Maret 2020 lalu.
Salah satunya adalah Suratno, guru di SMAIT Nurul Fikri cukup bersemangat mengajar secara tatap muka. “Mengikuti pembelajaran tatap muka biasa pernah, full PJJ sudah, apalagi yang belum? Ikut dalam pembelajaran tatap muka terbatas (PTMT). Ini hal yang unik bagi anak-anak yang menjalaninya. Akan banyak yang didapat pada kejadian ini,” ujarnya.
Suratno pun bertutur, para siswa yang memilih mengikuti PTM akan menjadi pengalaman berkesan di kemudian hari, melengkapi cerita dinamika menjadi seorang pelajar di masa pandemi. “PTMT adalah pendididikan itu sendiri, karena mereka yang menjalaninya akan merasakan sensasi yang tidak biasa,” lanjut Suratno.
Menurutnya, tidak ada pelaut tangguh di laut yang tenang, begitu pepatah mengajarkan. “Maka, mengikuti PTMT sejatinya sedang mengajak diri ini menjadi seorang adaptif. Menjadi seorang yang tangguh. Kelak, jika PTMT berjalan sukses, maka berbahagialah karena kita termasuk orang-orang yang menjadi pelakunya,” tambahnya.
Hal yang sama pun dirasakan oleh guru SDIT Nurul Fikri, Reni Sundari. Kesannya terhadap PTMT yang sudah dimulai sejak 11 Oktober 2021 membuatnya sangat bersemangat. Apalagi selama PTM, SIT Nurul Fikri menggunakan metode hybrid learning yang baginya merupakan suatu tantangan dalam mengajar.
“Hybrid Learning adalah suatu yang menantang untuk kami. Bagaimana tidak, aku tipe orang yang mudah sekali terdisturb. Begitu juga dengan partnerku. Bagaimana membagi fokus perhatian kami untuk dua tempat, siswa di zoom dan siswa di kelas dalam waktu yang bersamaan,” tulis Reni dalam teks singkat di laman akun instagram miliknya.
Menurutnya walaupun belajar tatap muka sesuai dengan protokol kesehatan namun masih bisa menjalin ikatan hati antara pendidik dan siswa. “Dan satu hal lagi yang paling penting selain karakter dan keahlian guru mengajar adalah aktivitas yang disajikan dalam pembelajaran harus memungkinkan interaksi antara siswa di kelas dan siswa di rumah,” urainya.
Ia pun bangga terhadap rekan kerjanya dalam menggunakan metode hybrid learning. “Aku lagi bangga sama partnerku nih. Hari pertama beliau masih kewalahan, hari kedua terlihat mahir sekali melakukan hybrid learning. Siswa di rumah dan di sekolah terperhatikan dengan baik,” ungkap Reni. Ia berharap wabah Corona segera berakhir agar anak-anak didiknya bisa leluasa belajar dan bermain dengan menyenangkan.











Leave A Comment