Rasulullah SAW telah mengajarkan umatnya untuk selalu mendoakan anak-anaknya agar dapat tumbuh menjadi orang yang baik, beriman, cerdas, dan selamat di dunia dan akhirat. Tujuannya doa untuk anak tersebut tidak lain agar anak-anaknya mendapatkan rida Allah SWT.

Doa buat anak sangat penting perannya dalam membentuk kesholehahan dalam diri anak. Hal ini tentu harus diikuti dengan pendidikan agama dan kebaikan yang baik dari orang tua dan lingkungan sekitarnya.

Allah Ta’alaa berfirman:

وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا

Dan orang orang yang berkata: “Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa (QS. Al Furqon ayat 74).

Ayat di atas berisikan rangkaian doa yang sering kita dengar dan bahkan sudah kita hapal. Doa tersebut adalah lantunan permohonan indah yang senantiasa diucapkan oleh Ibadur Rahman (hamba-hamba Allah yang Mahapenyayang) agar mendapatkan anak sholeh yang menjadi penyejuk mata dan kelak menjadi pemimpin orang bertakwa.

Kita sudah paham, bahwa mendidik anak bukan hanya bicara kemampuan parenting orangtua semata, namun disana ada kuasa dan hidayah Allah yang memberikan bimbingan kepada anak-anak kita. Sebagai manusia yang memiliki keterbatasan, Kita tidak bisa mengawasi anak-anak kita selam 24 jam, akan ada masa di mana anak-anak kita akan sibuk bersama dengan teman dan lingkungannya tanpa pantauan kita. Pada kondisi seperti ini, sebagai orang yang beriman maka kita titipkan dan kita minta kepada Allah agar senantiasa menjaga anak-anak kita, dalam doa yang kita panjatkan.

Tak dapat dipungkiri, sudah menjadi keinginan kita memiliki anak yang pintar, cerdas, berprestasi dan the best-lah. Namun lebih dari itu semua, Allah mengajarkan bagaimana kita mendoakan anak kita menjadi qurrota a’yun (penyejuk mata), anak berkarakter yang akan menjadikannya penyejuk hati, santun, beradab, dan kebahagiaan orangtua.

Dalam Tafsirnya, Taisirul Karimirrahman fi Tafsiri Kalamil Mannan dan lebih dikenal sebagai Tafsir As-Sa’di. Dikatakan قُرَّةَ أَعْيُنٍ adalah “keturunan kami sebagai penyenang hati,” maksudnya mata kami menjadi damai. Dan apabila kita meneliti lebih jauh keadaan dan ciri-ciri mereka, maka kita mengetahui bahwa diantara usaha keras mereka dan ketinggian martabat mereka adalah bahwasannya mereka merasa tidak damai sebelum mata kepala mereka melihat keturunan mereka taat kepada Allah, berilmu lagi beramal.”

Di dalam ayat di atas, Allah menyebutkan pasangan hidup (istri/suami) sebelum menyebutkan keturunan (anak atau cucu). Hal ini menandakan ketika kita ingin mendapatkan keturunan yang menjadi penyejuk mata, maka diawali dengan diri kita dan juga pasangan kita. Maksudnya sebagai orangtua kita menjadi model dan contoh yang bisa menjadi rujukan anak-anak kita dalam berakhlak dan beretika, sehingga anak-anak kita kan dengan mudah mendapatkan keteladan di dalam rumah. Akan tetapi kebalikannya, jika orangtua tidak menjadi role model bagi anaknya, maka akan terasa sulit dalam mendidik mereka untuk menjadi anak yang baik dan berakhlak mulia. Bukankah pepatah mengatakan, Buah Tak Jauh dari Pohonnya? Children see, children do. Anak-anak akan melakukan seperti apa yang mereka saksikan.

Semoga Allah jadikan kita sebagai orangtua yang layak diteladai oleh anak-anak dan anak-anak kita menjadi generasi yang berakhlak dan beradab serta kebaikan bagi orangtuanya di dunia maupun di akhirat. Aamiin.